Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah mengatakan, tidak akan terjadi sebuah kudeta atau penggululingan rezim apabila tidak ada isu bahkan kasus yang dijadikan sebagai pemantik dari kudeta tersebut.
"Soal adanya faksi, di kekuasaan manapun faksi politik
pasti ada, hanya saja tidak akan berkembang menjadi penggulingan kekuasaan jika
tidak ada pemantiknya," kata Dedi Kurnia Syah saat berbincang dengan
redaksi, Sabtu (6/6).
Kendati demikian, pengamat politik jebolan Universitas Telkom
ini menilai semua tergantung pada Kepala Negara dalam membaca situasi dan
mengendalikannya.
Alih-alih ketika Presiden dikritik justru melakukan tindakan
berlebihan dan represif maka gelombang kritik berpotensi semakin membesar.
"Semua bergantung Presiden Joko Widodo, kecakapan
mengelola faksi, dan tidak represif terhadap kritik, akan memudah presiden
untuk mendapat dukungan publik. Justru sebaliknya, jika Presiden mudah termakan
isu kudeta dengan represif, justru akan menguatkan gelombang anti pemerintah,"
tuturnya.
Lebih lanjut, Dedi Kurnia menyatakan bahwa jika memang ada
pihak-pihak yang memanfaatkan krisis pandemi Covid-19 untuk mengkudeta Presiden
Jokowi. Maka pihak-pihak tersebut diyakini berada di internal pemerintahan.
"Jikapun benar ada tokoh yang hendak memanfaatkan krisis pandemi, maka sangat mungkin tokoh itu semestinya ada di dalam pemerintahan, karena pengambil alihan kekuasaan presiden tentu lebih mudah dilakukan oleh yang sedang berkuasa," pungkasnya.